SURAT (Agar Aku dan Kau, Tak lagi membuat Syaithan Bahagia)
Assalamu'alaikum wa
rahmatullaahi wa barakaatuh.
Ba’da
tahmid dan shalawat...........
Syukur
pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera
memperbarui taubat.
Akhi,
rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak
pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap Terus Menerus Memperhatikan dan
Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan disepertiga terakhir malam. Yang Siap
Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki
Segalanya.
Maaf
Akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil,
dan kerdil dihadapanNya. Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepamu. Dan, akhi,
aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku taku,
hubungan kita selama ini membuatNya Murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah,
Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.
Akhi,
belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti
akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang
pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan denga terpaksa aku harus
membonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau
tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa Marah. Tapi sekali
lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga
Ia mau Memafkan dan Mengampuni. Akhi, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf,
Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.
Akhi, jangan marah ya. Aku
sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada lainNya. Tapi tak
cuma aku, akhi. Kau pun bisa jadi kekasihnya, kekasih yang amat dicintai dan
dimuliakan. Caranya satu, kita harus menjauhi semua larangan-laranganNya
termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insyaallah, Dia punya rencana yang indah
untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau berusaha menjaga diri dari
hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita
shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia
yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam rangka
mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu,
semoga kaupun mendoakanku, akhi.
Akhi, aku akan segera menghapus
namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap
menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara dijalan Allah, akhi. Itulah
ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di
dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di
telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari
madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.
Maaf, akhi. Tak baik
rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan
pena terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan diunia akhirat sekaligus
tanda akhir dari hubungan haram kita, Insyaallah.
Wassalaamu’alaikum
warahmatullaahi wa barakaatuh.
Comments
Post a Comment