TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF
TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF
Penyusun;
Ade Nurodin
Irma Dwi Silviani
Neng Nurhamidah Sa'diyah
PEMBAHASAN
A.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek
pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan,
yang merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta
didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial,
dan budaya), dan utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar
dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. (Caca, 2014).
Dalam dunia pendidikan, keberadaan sistem informasi merupakan salah
satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu
sendiri. Manajemen dalam menggambarkan hubungan kedua aspek tersebut dimana
pendidikan sebagai penggerak (drive) terhadap sistem informasi pendidikan,
sedangkan sistem informasi pendidikan
akan menjadi penentu kinerja pendidikan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang
diperlukan untuk menjalankan operasonal pendidikan, seperti siswa atau mahasiswa,
sarana-prasarana, struktur organisasi, proses, sumber daya manusia (pendidik)
dan biaya organisasi. Adapun sistem informasi terdiri dari komponen-komponen
pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak
pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan (Rochaety, 2006: 14).
Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware).
Dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi
lembaga pendidikan dan strategi sistem informasi harus saling mendukung
sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) lembaga pendidikan
yang bersangkutan (Rochaety, 2006: 15). Beberapa
hal yang perlu diamati dalam lingkungan pendidikan, antara lain yaitu:
1.
Sebuah
lembaga pendidikan hanya dapat mengontrol domain internal, namun domain
eksternal diluar kemampuan lembaga pendidikan tersebut. Persaingan yang terjadi
di antara lembaga pendidikan sebenarnya melakukan pendayagunaan terhadap sumber
daya yang dimiliki sehingga menghasilkan jasa pendidikan yang lebih baik, harga
terjangkau, kualitas terbaik, dapat disajikan tepat waktu dari pesaing yang
berada di luar jangkauan lembaga pendidikan tersebut.
2.
Masyarakat
sebagai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend yang
berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan terjadi secara cepat karena terbukanya
arus komunikasi dan informasi global dari mancanegara. Persaingan yang terjadi
cenderung menciptakan lingkungan yang berubah secara cepat dan dinamis. Karena
itu lembaga pendidikan dituntut untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan luar.
3.
Pada
abad informasi ini secara langsung maupun tidak langsung, kemajuan teknologi
informasi akan memberikan dampak yang signifikan terhadap entitas dalam mengoperasikan
lembaga pendidikan (Rochaety, 2006: 16).
B.
Teknologi Informasi untuk Mendorong Keunggulan Kompetitif Lembaga
Pendidikan
Banyak pendapat mengatakan teknologi informasi merupakan salah satu
senjata persaingan. Hal itu tidak perlu diragukan karena teknologi informasi
salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi aktivitas operasional lembaga pendidikan.
Tampak fenomena yang menjadi pilihan masyarakat adalah lembaga pendidikan yang
telah memiliki perangkat teknologi informasi yang memadai untuk mendukung
berbagai aktivitas operasional lembaga pendidikan tersebut. Hal itu disebabkan
oleh penilaian masyarakat tentang kualitas pendidikan dapat dilihat dari
kemampuan sebuah lembaga pendidikan dalam memberikan pelayanan jasa pendidikan
diantaranya teknologi informasi. Teknologi informasi yang berguna bagi dunia
pendidikan bisa menyajikan aktifitasnya secara lebih cepat dan memiliki nilai
tambah sehingga dunia pendidikan akan menghasilkan output yang memiliki daya
jual (sellable) tinggi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi yang
sedemikian cepat tidak saja mengubah cara orang berkomunikasi dan bekerja,
namun lebih jauh lagi telah membuat alam persaingan baru. Michael Porter, 1995
dalam manjemen strategi memperkenalkan Five Forces (lima kekuatan) yang harus
dicermati oleh pihak pimpinan lembaga pendidikan. Five Forces dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Persaingan antar lembaga pendidikan yang sudah ada (rivalry among
existing institution).
Pesaing lama
yaitu kumpulan lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan yang
relatif sama di mata masyarakat pengguna jasa pendidikan. Secara prinsipil
teknologi yang di jalankan terhadap program pendidikan yang sama ini bagaimana
menciptakan program pendidikan yang harganya terjangkau, kualitasnya baik, dan
disajikan tepat waktu (on time), yang menjadi ancaman disini adalah jika
para pesaing telah menggunakan teknologi informasi untuk menyajikan program
pendidikan yang Cheaper, better, maupun Faster.
2.
Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang baru (threat of new
entrant).
Datangnya
ancaman yang kedua yaitu datangnya para pesaing baru dalam dunia pendidikan.
dalam era globalisasi informasi lembaga pendidikan baru adalah lembaga
pendidikan yang secara fisik datang dan berada pada lingkungan (local,
regional, maupun nasional).
3.
Ancaman dari lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidikan
pengganti (threat of substitute educations service).
Ancaman ini
datang dari kemampuan teknologi informasi untuk menciptakan program pendidikan
pengganti.
4.
Kekuatan tawar-menawar pemasok/masyarakat yang membutuhkan jasa
pendidikan (bargaining power of suppliers).
Jika sebelumnya
datang secara langsung dari para pesaing lembaga pendidikan yang bersangkutan,
ancaman keempat berasal dari komponen rekan yang merupakan pemasok. Dalam hal
ini masyarakat calon pengguna jasa pendidikan (calan siswa) atau calon jasa
penyaji pendidikan (Pendidik) berkempentingan untuk menciptakan jasa pendidikan
yang berkualitas. Jika masyarakat tersebut memutuskan hubungan atau tidak
memilih lagi lembaga pendidik tertentu maka lembaga pendidikan yang
bersangkutan tidak akan surviv bahkan akan mengalami penurunan jumlah
siswa. Oleh karena itu lembaga pendidikan
yang ingin mempertahankan eksistensinya harus berorientasi kepada program
pendidikan yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat.
5.
Kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyer)
Kekuatan ini dengan mudah bertambah karena beberapa faktor berikut.
a.
Era
globalisasi telah membuka batas-batas geografis negara sehingga program
pendidikan sejenis maupun program pendidikan pengganti yang ditawarkan akan
membanjir pasar lokal.
b.
Prinsip
program jasa pendidikan yang ditawarkan lembaga pendidikan international
biasanya lebih baik dibandingkan dengan jasa pendidikan lokal.
c.
Berlakunya
undang-undang yang secara efektif melindungi konsumen (pengguna jasa pendidikan)
dari perilaku pendidikan yang melakukan kesalahan.
d.
Kebutuhan
penggunaan jasa pendidikan yang semakin bertambah sejalan dengan tantagan baru
dalam dunia bisnis, terutama pesatnya perkembangan teknologi informasi.
(Rochaety, 2006: 17-20).
C.
Menciptakan Keunggulan Kompetitif Lembaga Pendidikan
Salah satu fasilitas yang ditawakan oleh teknologi
informasi dalam dunia pendidikan adalah pembentukan jaringan komunikasi antar
lembaga pendidikan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas. Ada tiga jenis
jaringan yang bisa dibentuk dalam jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan
yaitu internet, internal dan ekternal. Sistem antarorganisasi (inter
organizational system/IOS) akan terbentuk jika dua atau lebih organisasi
(lembaga pendidikan) kerja sama dalam pemakaian teknologi informasi. Secara
integral ada tiga jenis sistem yang di tawarkan lembaga pendidikan untuk
mengimplementasikan IOS. Yaitu sebagi berikut :
a.
Internet : jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antara
kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah secara geografis, baik lokal
maupun regional
b.
Internal : jaringan komputer publik yang beriorentasi sebagai penghubung
lembaga pendidikan dengan para pengguna program pendidikan atau calon siswa
atau mahasiswa.
c.
Ekternal : jaringan yang digabung sebagai alat komunikasi antar lembaga
pendidikan dan lembaga pendukungnya, seperti departemen pendidikan, masyrakat,
pemerintah dan dunia usaha.
Lembaga pendidik yang terkait untuk melakukan IOS
memiliki alasan popular yang mendasarinya, yaitu sebagi berikut :
1.
Program Baru (New Programme)
Tujuan diadakan
kerjasama antarlembaga pendidikan adalah untuk menghasilkan jasa pendidikan
yang tidak mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan jika berdiri
sendiri.
2.
Pelayanan Baru (New Service)
Selain sebagai
pelayanan pendidikan yang bersifat fisik, pelayanan baru juga mungkin
ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bekerja sama.
3.
Efesiensi
Alasan
mengadakan kerjasama antarlembaga pendidikan, yaitu efesiensi (terlaksananya
proses yang lebih murah dan cepat).
4.
Hubungan antar lembaga pendidikan dan masyarakat
Bentukan kerja
sama lain terjadi antara lembaga pendidikan dan masyarakat, baik sebagai
penyedia calon siswa atau mahsiswa untuk lembaga pendidikan ataupun sebagai
pengguna jasa pendidikan tersebut. (Rochaety, 2006: 22-23)
a.
Pemanfaatan
dan penerapan sistem informasi di masyarakat
Pada era
globalisasi saat ini, perkembangan dan kemajuan teknologi berjalan dengan
sangat cepat. Karena hal itulah membuat informasi sangat penting dan berharga
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan harga sebuah informasi menjadi sangat mahal
di zaman sekarang ini. Maka dari itu dibutuhkan akses informasi yang cepat pula
agar kita tidak tertinggal informasi. Oleh karena itu, di setiap bidang
kehidupan kita telah dikembangkan sistem informasi agar dapat lebih mudah,
cepat, efisien dan tepat dalam mendapatkan informasi.
Contohnya di
bidang pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan, akses informasi yang
cepat dapat memudahkan proses pendidikan. Di Indonesia sendiri sedang
digalakkan penggunaan sistem informasi di setiap sekolah dan universitas agar
harapan bahwa pendidikan di Indonesia dapat lebih baik, begitu pula di bidang
kesehatan. Informasi bidang kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat agar
mereka tidak ketinggalan informasi. Apalagi akhir-akhir ini banyak wabah
penyakit yang terjadi di Indonesia, oleh karena itu informasi tentang wabah
penyakit tersebut sangat diperlukan sebagai pencegahan dan penanggulangan. (Putra,
2006: 126).
b.
Penggunaan
Sistem Informasi dalam Dunia Pendidikan
Ketidakefektifan
adalah kata yang paling cocok untuk sistem pembelajaran di Indonesia ini yang
mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, dan
pelatih dengan peserta latihan. Namun institut yang masih menggunakan sistem
tradisional ini mengajar dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan
perkembangan IT. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak
ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat internet yang dapat
dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program
pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu
luang mereka, sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari
sumber belajar dapat teratasi.
Arti IT bagi
dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat
dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun pemanfaatan IT di Indonesia
baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan
IT untuk pendidikan memasuki millenium ketiga ini. Contoh penerapan sistem
informasi dalam dunia pendidikan adalah layanan sistem informasi akademik di
sekolah atau di universitas. Siswa atau Mahasiswa dapat mengisi kartu rencana
studi, melihat hasil belajar, memberikan penilaian terhadap dosen, melihat
informasi beasiswa, dan informasi akademik lainnya. Informasi yang diwakilkan
oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu
memberikan kontribusi bagi proses pendidikan.
Teknologi interaktif
ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru:
dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat
terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat,
lebih baik, dan lebih cerdas. Contoh peranan informasi dalam pendidikan adalah:
1.
Akses
perpustakaan
2.
Melaksanakan
kegiatan belajar mengajar secara online
3.
Menyediakan
layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan
4.
Menyediakan
fasilitas mesin pencari data
5.
Menyediakan
fasilitas diskusi
6.
Menyediakan
fasilitas direktori alumni dan sekolah (Putra, 2006: 127-129)
5.
Outsourcing (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas pendidikan)
Lembaga
pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari berbagai
keterbatasan, baik keterbatasan sumber daya manusia, modal, maupun sarana
prasarana, jika lembaga pendidikan tidak memiliki tenaga ahli untuk memperbaiki
atau memelihara peralatan kantor, dapat digunakan perusahaan jasa di bidang
pemeliharaan alat-alat kantor, seperti komputer.
6.
Membangun citra lembaga pendid ikan (Image
building)
Masih banyak alasan untuk memutuskan diadakannya
kerjasama, baik dengan lembaga pendidikan yang sama maupun lembaga lain yang
dapat menunjang kelancaran aktivitas lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya
adalah bagaimana meningkatkan cirta lembaga pendidikan, terutama di era
globalisasi.
7.
Operasi bersama (Join Opreration)
Operasional yang dilakukan bersama-sama antar lembaga
baik antarlembaga pendidikan formal maupun antarlembaga pendidikan
nonformal, yang pada dasarnya dibentuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada para pengguna jasa.
8.
Aliansi Strategi (Strategic Alliance)
Hal ini merupakan bentuk kerjasama antar beberapa
lembaga pendidikan untuk tujuan yang bersifat umum dan jangka panjang. Misalnya
aliansi antar situasi bagi lembaga-lembaga pendidikan swasta atau perguruan
tinggi swasta untuk jurusan tenaga kependidikan baik sekolah tinggi keguruan
maupun fakultas Keguruan.
D.
Teknologi Informasi sebagai
Aset Utama Lembaga Pendidikan dalam Jangka Panjang
Kecepatan perkembangan teknologi informasi sangan
tinggi sehingga sangat sulit bagi lembaga pendidikan untuk menyususn strategi mempertahankan
eksistensisnya dalam jangka panjang (Nagara, 2014). Ada tiga kunci utama yang mendudkung
teknologi informasi untuk di jadikan asset lembaga pendidikan dalam jangka
panjang, yaitu sebagai berikut:
1.
Sumber Daya Manusia
Yang di maksud
sumber daya Manusia adalah staf penanggung jawab perencanaan dan pengembangan
teknologi informasi pada sebuah lembaga pendidikan, faktor SDM yang menjadi
staf pengembangan teknologi informasi pada lembaga pendidikan harus memiliki
tiga dimensi berikut:
a. Keahlian
tekhnik sumber daya manusia sangat di butuhkan dalam dunia pendidikan,
mengingat cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi, keahlian
teknik di miliki seorang staf teknologi informasi terutama untuk selalu
mempelajari hal-hal baru.
b. Pengetahuan
mengenai dunia pendidikan biasanya di peroleh dari hasil interaksi antar SDM
yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengetahui proses operasional lembaga
pendidikan yang menggunakan bantuan tekonlogi informasi serta kemungkinan untuk
meningkatkan nilai tambah bagi lembaga pedidikan tersebut.
c. Orientasi
pada pemecahan masalah. Hal ini tidak terbatas pada karakteristik SDM secara
tradisional yang hanya terpaku pada tugas-tugas rutin, akan tetapi SDM yang di
butuhkan cenderung merupakan kumpulan orang yang selalu berpikir keritis dan
kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi pada lembaga pendidikan.
2. Teknologi
Seluruh
infrastruktur teknologi informasi, ermasuk perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software)di pergunakan secara bersama-masa dalam
proses operasional lembaga pendidikan karena merupakan tulang punggung
terciptanya sistem terintegrasi, dengan biaya relatif terjangkau, untuk biaya
oprasional, pengembangan, maupun biaya pemeliharaan, dalam jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang lembaga pendidikan harus mengembangkan
infrastrukturnya, pada akhirnya, sistem informasi yang di hasilkan akan
memiliki potensi yang dapat di percaya (Reliable), akurat (accurate),
dan konsisten (consistent) akan dijadikan panduan pengembangan teknologi
informasi yang di bangun sejalan dengan strategi pengembangan lembaga
pendidikan.
3. Relasi
Yang dimaksud
dalam hal ini adalah hubungan teknologi informasi dengan pihak manajemen
lembaga pendidikan sebagai pengambil keputusan (decision maker).
Menjalin suatu relasi berarti membagi resiko dan tanggung jawab. Dalam
mewujudkan relasi ini harus didukung oleh pimpinan tertinggi dari lembaga
pendidikan sehingga akan bertanggung jawab pada aplikasi teknologi informasi
yang beriorentasi terhadap proses bukan berdasarkan fungsi organisasi. Di
samping itu pimpinan tertinggi lembaga pendidikan di harapkan mampu memutuskan
skala prioritas pengembangan dan implementasi dari teknologi informasi
berdasarkan skala kepentingan lembaga pendidikan, serta harus dituangkan dalam
cetak biru (blueprint) panduan perencanaan dan pengembangan sistem
informasi manajemen pendidikan.
Comments
Post a Comment