KETERTARIKAN ANTAR MANUSIA
KETERTARIKAN
ANTAR MANUSIA
A.
Ketertaikan
Melalui Persamaan
Ketertarikan
adalah sebuah fenomena yang alami yang dialami oleh setiap orang didalam
kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi
antara satu individu dengan individu lainnya, didalam proses itu individu
menemukan sesuatu yang menjadi faktor ketertarikan dalam menjalani hubungan
itu, berikut adalah beberapa asumsi mengenai faktor ketertarikan.
1.
Ketertarikan itu
adalah berawal dari sesuatau yang nampak (Appearance) yang berupa fisik dari
lawan kita.
2.
Kesamaan di dalam
sikap menjadi dasar untuk saling tertarik.
3.
Kedekatan (Proximity),
kedekatan antar personal dalam menjalani sebuah hubungan tentunya akan membuat
seseorang merasa tertarik dengan lawan kita, karena dalam menjalin sebuah
hubungan itu tentunya kita akan mengtahui apa yang ada dalam diri lawan kita,
sesuatu yang ada dalam diri orang lain terkadang membuat kita merasa cocok
dengannya sehingga terjalinlah ketertarikan itu.
4.
Hubungan yang
menghasilkan keuntungan bagi kita tentunya akan membuat kita betah berlama lama
menjalin hubungan itu, tentunya hubungan itu timbul karena ketertarikan kita
akan keuntungan yang kita dapatkan dari hubungan itu.
5.
Kesamaan dan
pelengkap adalah sesuatu yang akan menjadi kodrat manusia dalam dunia ini,
manusia akan selalu membutuhkan pelengkap dalam hidupnya seperti halnya tentang
pendamping hidup yang bisa dikatakan sebagai pelengkap dalam hidupnya, namun
tak terlepas dari itu faktor persamaaan baik itu agama, ataupun tujuan hidup
adalah menjadi dua bagian yang tak terpisahkan dari pelengkap itu sebagai salah
satu faktor ketertarikan.
Dari uraian di
atas telah sedikit dibahas bahwa manusia mengalami rasa ketertarikan terhadap
manusia lainya karena adanya sebuah tujuan atau sebuah usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan dalam hidupnya.
B.
Teori-teori
Ketertarikan
Berbeda
dengan pendapat yang terdahulu, disini beberapa ahli yaitu Donald E. Allen,
Rebecca, F. Guy dan Charles K. Edgley dalam bukunya social psychology as
social process (1980) mencoba mengembangkan beberapa teori yang akan
menerangkan tetang terjadinya ketertarikan. Ketertarikan adalah suatu proses
yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi sukar untuk diterangkan.
Disini dikemukakan adanya tiga orientasi teori utama yang saling berbeda dan
masing-masing memandang tingkah laku dengan cara yang berbeda. Tiga pendekatan
ini adalah cognitive, reinforcement, dan interactionist.
1.
Teori
Cognitive
Teori cognitive menekankan proses berfikir sebagai dasar
yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial di pandang sebagai suatu
hasil atau akibat dari proses akal. Pendekatan cognitive di kemukakan oleh ahli
psikologi sosial yang bernama Theodore Newcomb (1961) disebutnya sebagai Teori
Balanced, yaitu suatu kecenderungan untuk mengkonsepsi orang lain, dirinya, dan
barang-barang lain di sekitarnya dengan cara yang harmonis, balance atau
syimetrs. Hubungan yang pasti adalah lebih memuaskan dari pada yang lain. Jika
seseorang menyukai lainya dan jika keduanya saling menyukai dapatlah dikatakan
bahwa hubungan itu mencerminkan adanya hubungan yang balanced atau seimbang.
Hubungan antar pribadi yang baik ditandainya oleh adanya persetujuan dasar dan
kesamaan pandangan tempat atau benda. Dengan kata lain ketertarikan kepada
orang lain mungkin secara sederhana apakah anda dan dia setuju untuk suka dan
tidak suka.
Sebalikanya, hubungan yang paling
tidak memuaskan kata Newcomb adalah kurangnyaa keseimbangan antara persetujuan
dan tidak. Bila ketidak keseimbangan terjadi, seseorang akan berusaha menuju
kondisi seimbang dengan mencoba merubah keyakinkan orang lain untuk berubah
atau keseimbangan dapat diperoleh dengan berubahnya akal pikiran seseoarang.
Akhirnya situasi tidak seimbang itu dapat terpecahkan secara sederhana, dan
ketidak seimbangan itu tidak terjadi lagi. Pada dasarnya setiap manusia memiliki
kapasitas untuk setuju dan tidak setuju, namun hubungan yang bersifat erat atau
intim tentu melibatkan adanya persetujuan.
2.
Teori Reinforcemen (Penguatan)
Peguatan atau stimulus/respon adalah
teori yang berakar pada teori belajar yang menginterpretasikan ketertarikan
sebagai satu respon yang di pelajari. Teori reinforcement berusaha menemukan
bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup
sederhana, orang
ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Kita semua lebih suka menjadi
tertarik kepada orang-orang yang menghadiahi atau menghargai kita dari pada
orang yang menghukum dengan kritikan atau hinaan. Percobaan teori ini telah di
lakukan oleh Lott dan Lott (1965). Namun muncul pertanyaan dengan teori ini
bahwa bagaimana kita mengukur kenyataan bahwa kita tetap memiliki ketertarikan
yang kuat terhadap seseorang, sementara itu orang tersebut menghukum kita? Misalnya
hubungan antara orang tua dan anak, meskipun orang tua menghukum anaknya tapi
biasanya tetap saja hubungan diantara keduanya sangat kuat.
3.
Teori Interactoinist
Teori ini beranggapan bahwa setiap orang dirangsang untuk
menyukai orang lain. Ide tentang teori ini bukan dikembangkan dari penelitian ketertarikan
laboratorium dimana subyek merespon orang yang belum mereka kenal, tetapi dalam
situasi alamiah dimana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial
dimana seseorang menemukan dirinya. Levinger dan Snoek (1972) menekankan di dalam
penelitiannya bahwa faktor terpenting di dalam suatu hubungan berbeda dari
waktu ke waktu, diketahui bahwa seorang suami tertarik kepada istrinya
mula-mula karena sifat penurutnya, akhirnya diketahui bahwa sifat ini tidak
cukup menopang perkawinanya, suami ini mungkin menemukan ciri ciri lainnya yang
ada pada istrinya yang menjadikan ia terus menerus tertarik. Teori
interactionist lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai
suatu konsep.
Itulah beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai ketertarikan yang melatarbelakangi
interaksi antar manusia.
C.
Persahabatan dan Ciri-cirinya
Persahabatan merupakan konsep sosial
yang murni. Persahabatan menuntut adanya pemeliharaan interaksinya,
kecenderungan adanya persahabatan adalah karena adanya persamaan, persamaan ini
dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berfikir, keinginan atau
cita-cita, nasib dan sebagainya. Dua orang yang semula berhubungan sebagai
teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan tersebut.
1.
Persahabatan dan hubungan ketemanan
Seorang ahli psikologi sosial Zuzanne Kurth membedakan
sebagai berikut.
a. Persahabatan adalah suatu hubungan
antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu menjadi
suatu kesatuan.
b. Sedangkan hubungan ketemanan adalah
merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam
perkembangan suatu persahabatan.
c. Hubungan ketemanan dapat berkembang
kepersahabatan, berteman
dengan seseorang biasanya merupakan tingkat permulaan dari kukuhnya suatu
persahabatan.
Persahabatan dan hubungan ketemanan
ini memiliki ciri umum, walaupun setiap ciri umum memperlihatkan perbedaan kualiataif
yang penting misalnya.
a. Keduanya, persahabatan dan
pertemanan memerlukan beberapa ukuran di mana interaksi disini bersifat “suka rela”,
tetapi hal ini lebih penting pada persahabatan dari pada dalam hubungan
ketemanan.
b. Hubungan ketemanan tidak memiliki
cita rasa keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan.
c. Persahabatan dan hubungan ketemanan berbeda
dalam hal keakrabanatau keintiman diantara anggotanya. Hubungan ketemanan
menjadi akrab kemudian berubah bentuk menjadi persahabatan. Sebuah hubungan
persahabatan membutuhkan tingkat keintiman sedangkan hubungan ketemanan tidak.
d. Persahabatan harus dipelihara agar
tetap hidup, persahabatan halnya seperti pertemanan, lahir, sementara hidup dan
mungkin mati. Hubungan ketemanan merupakan pendahuluan atau titik permualan
dari pada persahabatan. Dengan berbagai alasan, apabila mereka suka satu sama
lain, mereka kemuadian akan memutuskan untuk membentuk persabatan.
2.
Ciri-ciri persahabatan
Ada beberapa macam ciri-ciri persahabatan atau adanya
beberapa elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan, yaitu :
a. Mereka menghargai satu lain lebih
pada sebagai orang itu sendiri daripada keuntungan keunntungan yang diperoleh dari persahabatan
itu.
b. Persahabatan sebagai suatu hubungan
antar pribadi lebih menekankan pada kualitas yang objektif satu sama lain.
c. Saling bertukar barang barang diantara
teman tidak didasarkan pada nilai ekonomik tetapi pada kesukaan, harapan,
keinginan diantara mereka.
d. Mereka saling bersahabat karena
keunikannya dan ini sulit digantikan oleh orang lain karena uniknya.
Persahabatan tidak begitu saja diputuskan karena telah ditemukannya teman lain
yang lebih baik. Persahabatan selalau memperlihatkan adanya keintiman,
individualis dan kesetiaan.
Menurut salah satu teori ada 3 jenis persahabatan, yaitu
persahabatan atas dasar satu agama, persahabatan atas dasar satu iman dan
persahabatan atas dasar kemanusiaan.
Pertama, persahabatan atas dasar agama
berarti ruang lingkup sahabat anda terdiri dari orang-orang yang satu agama
dengan anda, misalnya anda beragama Islam maka anda bersahabat dengan orang
Islam, atau jika anda beragama kristen anda meilih sahabat beragama kristen,
demikian seterusnya.
Kedua, persahabatan atas dasar keimanan
berarti ruang lingkup persahabatannya terdiri dari orang-orang yang satu iman,
yaitu misalnya beriman adanya sang maha pencipta, maka sahabat kita terdiri
dari orang yang beragama, atau sahabat kita dari agama samawi misalnya Islam,
Kisten, Katolik dan Yahudi.
Ketiga,
persahabatan atas dasar kemanusiaan berarti sahabat kita terhadap seluruh umat
manusia termasuk di dalamnya orang atheis dan komunis. Persahabatan ini
menonjolkan sisi kemanusian, manusiawi dan mengedepankan hak asasi manusia.
Persahabatan jenis ini penting karena kondisi umat manusia saat ini yang sangat
beragam mulai dari ideologi yang berbeda, agama berbeda, pemahaman terhadap
sesuatu berbeda sampai pada pemikiran yang berbeda.
D.
Tertarik dan Cinta
1.
Tertarik
Orang yang saling bertemu lebih memiliki kecenderungan untuk
tertarik daripada mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah bertemu.
Perkawinan misalnya lebih banyak terjadi diantara orang-orang yang tinggal
salin berdekatan atau saling bertemu, misalnya tetangga, teman kerja, teman
sekolah, dan lain-lain. Dalam situasi demikian mereka lebih memungkinkan
berhubungan secara langsung, berhadap-hadapan. Hubungan dekat dengan teman
merupakan suatu kondisi untuk tertarik atau menyukai karena disitu orang sering
berhubungan secara langsung bertatap muka. Dengan kata lain dapat berhubungan
secara langsung satu satu sama lain merupaka kemudahan untuk slaing tertarik.
Dalam bahasa jawa dikatakan witing tresno jalaran soko kulino, artinya timbul cinta karena seringnya berhubungan atau
bertemu. Hubungan langsung dapat berupa.
a. Berhadapan langsung secara fisik,
misalanya teman sekelas
b.
Tidak berhadap-hadapan secara fisik, tetapi hubungan
langsung itu tetap terjadi, misalnya melalui telepon, SMS (Short Message
Service) dan lain-lain.
2.
Cinta
Cinta bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh
unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang
menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta tersimpul pula rasa kasih sayang dan
kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta yang disertai rasa tanggung
jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama
manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan tuhan.
Apabila dirumuskan secara sederhana,cinta adalah perasaan kasih
sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah
laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif,
berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan
kebahagiaan.
Erich Fromm menyebutkan dalam bukunya Seni Mencintai
menuliskan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima, dan memberi
merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang terpenting dalam
memberi adalah hal hal yang bersifat manusiawi bukan materi. Cinta selalu
menyatakan unsur-unsur
dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan.
Dalam dunia ini ada beragam bentuk dalam cinta itu atau lebih spesifik dikatakan
tingkatan cinta, cinta itu sendiri adalah perasaan antara dua manusia yang
berlainan jenis kelamin pada umumnya, dimana setiap indivudu dapat memberikan
kasih sayangnya kepada lawannya, kasih sayang itu dapat berupa perhatian atau
bahkan dengan sentuhan fisik. Cinta itu memililiki 4 ciri umum yaitu: pengertian,
kepercayaan, kerjasama, dan pernyataan kasih sayang. Keempat elemen ini harus
di miliki oleh kedua pihak, bukan satu pihak saja
a. Pengertian: saling pengertian
mempunyai arti yang cukup luas yaitu mengerti kepada hal-hal yang disenangi maupun yang tidak
disenangi pasanganya. Pengertian di sini kadang-adang menuntut pengorbanan. Orang
menekankan keinginannya sendiri demi pengertiannya atas pasangannya.
b. Kepercayaan: saling percaya
merupakan salah satu elemen perwujudan cinta. Kedua belah pihak harus selalu
menjaga agar apa-apa dilakukan maupun dikatakan menimbulkan kepercayaan pada
pasangannya. Untuk dapat dipercaya orang harus menunjukan dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. Jadi kepercayaan
ini tidak berarti bahwa karena mereka saling cinta, mereka harus saling
percaya, tanpa mau berusaha agar apa-apa yang dilakukan menimbulkan
kepercayaan, dengan kata lain cinta menuntut masing-masing pihak dalam hal kata
dan perbuatan dapat di percaya.
c. Kerjasama: mengandung arti bahwa
hasil itu akan menjadi lebih baik bila keduanya saling kerjasama bila dibandingkan
jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Mereka dikatakan saling mencintai bila
keduanya memiliki kesediaan untuk saling kerjasama.
d. Pernyataan kasih sayang: ini
menyempurnakan ketiga elemen yang terdahulu. Pernyataan kasih sayang ini dapat
berupa :
1) Kata-kata misalnya : sayangku, cintaku,
manisku dan sebagainya.
2)
Perbutan misalnya : menepuk bahu, menggandeng, mencium,
memeluk dan sebagainya.
Ada berbagai macam bentuk cinta diantaranya adalah
a.
Passionate love yaitu perasaan kasih sayang yang diiringi keinginan untuk
senantiasa bersama dan bersatu dengan orang yang dikasihi. Passionate lovers
biasanya memiliki perasaan cinta yang begitu kuat, merasa bahagia karena
mendapatka perhatian pasangannya dan merasa putus asa atau kehilangan ketika
ditinggalkan.
b. Companionate love yaitu kasih sayang yang kita rasakan
terhadap pasangan yang tinggal bersama karena adanya rasa saling menyayangi
yang begitu mendalam. Meskipun api cinta dalam jenis passionate love begitu membara, tapi lama kelamaan bisa meredup.
Memang biasanya keromantisan dapat bertahan beberapa bulan bahkan hingga satu
atau dua tahun, namun cinta passionate love tidak dapat bertahan lama bahkan semakin
lama memudar. Sebaliknya, companionate love, jenis cinta ini dapat bertahan
lama, dalam keadan apapun pasangan tetap hangat meskipun badai menerpa karena
memang sejak awal pasangan telah bersepakat mencintai apapun yang terjadi.
Bentuk-bentuk cinta lainnya, yaitu
a.
Bukan cinta: Non love
Sudah jelas. Tidak ada hubungan atau
bahkan rasa dekat antara kedua orang ini. Alias, tidak ada cinta.
b.
Persahabatan/Suka: Friendship/Liking
Yang bukan asal sahabat ataupun asal
suka. Dalam hubungan ini, intimasi dan kedekatan telah menimbulkan rasa suka
bersama dengan satu sama lain, hingga taraf menjadi sahabat sejati dimana
segala keresahan, kebahagiaan, dan perasaan lainnya bisa dituangkan masing
orang kepada yang lainnya dengan bebas. Bila dari Persahabatan tumbuh hasrat
atau diadakan komitmen, maka persahabatan bisa berubah ke bentuk cinta lainnya.
Bila salah satu/kedua unsur lain itu belum ada, maka belum bisa ada hubungan
romantis antara dua orang ini.
c.
Cinta hampa: Empty love
Beberapa menganggap cinta hampa sebagai
bentuk akhir dari cinta lain yang telah kehilangan salah satu unsur
penyokongnya (namun belum dapat mengakhiri hubungan karena berbagai alasan:
sebagai contoh, karena orang itu bergantung pada orang satunya secara
finansial), dan komitmenlah yang tersisa sebagai perekat.
Namun di bukunya, Sternberg sendiri
juga menganggap bahwa cinta yang hampa/kosong (empty) juga dapat diartikan
sebagai cinta yang masih bisa di-’isi’, hingga berubah ke cinta tingkat lain.
Oleh karena itu, cinta ini lebih relevan dengan pasangan yang ditempatkan pada
suatu komitmen secara paksa (lewat perjodohan, dan sebagainya) pada awalnya,
sebelum cinta bentuk lain tumbuh. Cinta hampa juga menandakan awal, bukan hanya
akhir.
d.
Infatuasi: Infatuated love
Cinta dimana hanya unsur hasrat saja
yang ada. Tidak ada intimasi, sehingga perasaan yang ada hanya untuk menjalin
cinta, tanpa mencari emotional support. Tipikalnya cinta ini adalah ‘cinta pada
pandangan pertama’.
Seiring waktu, pasangan dengan cinta
semacam ini bisa menjadi asmara dengan munculnya intimasi. Tanpa sokongan dua
unsur lain, hasrat yang sebelumnya ada bisa menghilang dengan mudah. Sementara
bila tidak ada balasan dari pihak lain, cinta ini bisa menjadi cinta, atau obsesi
yang bertepuk sebelah tangan tanpa benar-benar mengenali orang yang disukai
ini.
e.
Asmara: Romantic love
Cinta tipe ini sudah mulai memiliki
dua komponen; intimasi, dan hasrat. Dua individu yang telah menjalin asmara
terikat baik secara emosional maupun fisik, karena keduanya sudah merasa dekat
dengan yang lainnya sebagai sahabat baik namun keduanya juga tertarik untuk
mengekspresikan kedekatan/cintanya dengan tindakan fisik, dan secara fisik juga
terangsang.
Yang kurang dari hubungan tipe ini
adalah komitmen sebagai perekat dalam jangka panjang, karena keduanya mungkin
tidak berkeinginan untuk menetapkan hubungan mereka sebagai sesuatu yang akan
diteruskan untuk kemudian hari. Cinta tipe ini sepertinya dapat di asosiasikan
dengan fling.
f.
Pendampingan: Companionate love
Kedua orang ini memiliki komitmen
terhadap satu sama lain, dan mereka pun merasa dekat dan dapat mempercayai satu
sama lain, namun satu-satunya hal yang kurang adalah ‘hasrat’. Cinta jenis ini
lebih kuat dari sekedar persahabatan, karena ada komitmen yang
mempertahankannya secara jangka panjang. Banyak pasangan yang sudah sangat lama
bersama pada akhirnya kehilangan passion, namun keduanya masih erat dengan satu
sama lain secara emosional.
Cinta semacam inilah yang idealnya
ada antara orang tua-anak atau keluarga (yang intimat secara emosional, dan
terikat hubungan darah/persaudaraan). Cinta jenis ini juga bisa ada dalam
persahabatan yang benar-benar kukuh, dimana ada ‘komitmen’ untuk terus bersama.
g.
Cinta gegabah, Fatuous love
Namun saya rasa dalam konteks ini,
sama seperti cinta yang ada di Hollywood dengan nama whirl wind romance, dimana
rasa suka muncul secara tiba-tiba, PDKTnya pun berlalu dengan cepat, dan
tiba-tiba Kedua orang itu sudah berkomitmen alias menikah.
Biasanya cinta ini perginya sama
cepat dengan datangnya, karena tidak ada basis dalam tahapan ‘jatuh cinta’
dengan orang satunya (berhubung belum ada hubungan intimat antara keduanya
sebelumnya). Komitmennya datang dengan terburu-buru sebagai akibat hasrat yang
kuat untuk menjalin cinta, tanpa intimasi yang butuh waktu untuk dikembangkan.
Namun bisa jadi dalam hubungan ini intimasi terbentuk belakangan, dan hanya
dengan itu cinta tipe ini akan bertahan.
h.
Cinta sempurna
Consummate love, yang tidak hanya lengkap dengan ketiga
komponen cinta, tetapi juga melengkapi kedua orang yang memilikinya. Inilah
cinta ’sempurna’ yang didambakan orang, dimana pasangan yang bersangkutan
berada dalam suatu komitmen yang akan bertahan, merasa dekat di tambah intimasi
dengan satu sama lain, dan juga tetap memiliki ketertarikan fisik/seksual
terhadap satu sama lain. Pasangan dengan tipe cinta ini bisa melalui masalahnya
bersama dengan mudah, dan seusainya masih tetap cinta berat dengan satu sama
lain. Tetapi cinta tipe ini tidak bertahan selamanya tanpa usaha. Menurut
Sternberg, mempertahankan cinta yang sempurna ini jauh lebih sulit daripada
mencapainya. Bila passion dalam suatu hubungan telah hilang, cinta ini akan
turun pangkat menjadi companionate love. Jelas, butuh usaha untuk
mempertahankan cinta tipe ini. (Perlu diingat bahwa bagi pasangan yang sudah
sangat lama bersama, hilangnya passion itu wajar, karena memang hasrat tidak
akan selamanya ada dalam diri manusia)
Ataupun bentuk cinta itu dapat dilihat pada perbedaannya
dari unsur-unsur
yang membangun cinta itu.
a. Intimasi (Intimacy)
Intimasi dapat didefinisikan rasa
kedekatan dan memiliki suatu hubungan istimewa, atau benar-benar “nyambung”
dengan seseorang. Yang utama, merasa dekat dan nyaman dengan orang tersebut,
sehingga bisa terbuka di hadapannya.
b. Komitmen (Commitment)
Komitmen adalah ikatan; resmi maupun
tidak, dari kehendak orangnya, ataupun tidak. Dua orang yang ber-”komitmen”
dengan satu sama lain telah memutuskan untuk tetap bersama secara jangka
panjang, dan juga berbagi rencana dan keberhasilan masing-masing dengan yang
lain.
c. Hasrat (Passion)
Adalah suatu perasaan yang (sebagian
besarnya) mengarah ke romance, ketertarikan secara fisik dan juga berbagai
keinginan seksual. Hal yang membuat suatu hubungan menggairahkan/menegangkan
(secara positif). Atau dalam artian luas, apa yang membuat seseorang ingin
meneruskan hubungan.
Menurut Erich Fromm dalam bukunya seni mencintai, yang disebut
cinta adalah sikap, suatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi
denagn dunia keseluruhan, bukan menuju satu objek cinta, selanjutnya ia
mengemukakan tentang adanya cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis,
cinta diri sendiri dan cinta terhadap allah.
a. Cinta persaudaraan, cinta persaudaraan
tidak mengenal adanya batas-batas manusia yang berdasarkan suku bangsa atau agama. Di
dalam cinta ini semua manusia itu sama yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Atas dasar itu semua orang
tidak merasa pamrih
untuk berbuat baik kepada sesamanya.
b. Cinta keibuan, ialah rasa tanggung
jawab terhadap anak yang telah di milikinya, sebagai rasa syukur kepada tuhan,
sang ibu dengan ikhlasnya merawat anaknya.
c. Cinta erotis, cinta ini berasal dari
rasa birahinya, namu cinta ini jika di letakan pada tempatnya justru akan
sangat membahagiakan, begitu juga sebaliknya.
d. Cinta diri sendiri, ada dua pendapat
mengenai hal ini yang pertama cinta diri sendiri adalah hal negative, karena
mereka beranggapan bahwa cinta ini bersifat egoistis.yang kedua menganggap
cinta ini bernilai positif karena beranggapan bahwa cinta kepada diri sendiri
adalah mengurus dirinya sendiri sehingga kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi
secaraa wajar.
e. Cinta terhadap Allah, cinta ini
adalah cinta sebagai rasa penghormatan kepada sang pencipta dengan cara selalu
berbuat baik dan tak henti hentinya mengucapkan kalimat-kalimat pujian.
Ada juga yang mengkategorikan cinta itu menjadi Sembilan
varian yang kurang lebih menambah dari varian cinta yang di ungkapkan oleh Eric
Fromm, yaitu (1)Cinta terhadap keluarga, (2) Cinta terhadap teman dan sahabat
atau philia, (3) Cinta yang romantic atau asmara, (4) Cinta yang berdasarkan
hawa nafsu, (5) Cinta tanpa batas atau agape, (6) Cinta pada diri sendiri atau
narsisme, (7) Cinta pada sebuah konsep tertentu, (8) Cinta terhadap Negara atau
patriotism,dan (9) Cinta terhadap bangsa atau nasionalisme.
Rasa sayang ibarat tanaman yang sewaktu waktu dapat layu
karena tak mendapatkan air yang dapat menyejukan dan sebagai sumber makanannya,
tetapi jika kita pandai merawat rasa sayang itu maka akan bertambah besar pula
rasa sayang yang ada, tak beda dengan rasa sayang atau cinta yang jika tak dijaga
maka akan hilang secara perlahan lahan. Agar rasa sayang itu tak hilang oleh
waktu maka kita perlu melakukan pemeliharaan kedekatan dalam menjalin hubungan,
usaha itu dapat berupa.
a. Attachmen, yaitu adanya rasa kasih sayang yang diungkapkan di antara
keduanya
b. Equity,
Sesuatu dari hasil hubungan itu adalah sesuatu yang diharapkan atau sesuatu
yang kita peroleh sesuai dengan pengorbanan yang kita berikan.
c. Self-disclosur, Sikap saling terbuka sedalam-dalamnya
ataupun sikap saling jujur sejujurnya.
Terlalu panjang kiranya jika kita membahas masalah cinta
jika di lihat dari bentuk dan unsur pembangunnya, namun dari cinta itu ada yang
sangat diharapkan oleh setiap individu yaitu untuk bisa mendapatkan cinta yang
sejati, tapi adakah cinta sejati itu? Bahwa cinta sejati itu ada kiranya tak
perlu dipersoalkan secara panjang lebar, namun yang menjadi permasalannya dapatkah
manusia mewujudkan cinta sejati? Rafael Raga Maran dalam bukunya percaya bahwa
cinta sejati itu dapat di wujudkan oleh manusia berdasarkan dua alasan. Pertama yang disebut cinta sejati
bukanlah suatu objek yang statis, melainkan suatu situasi yang terus berkembang
kearah kehidupan yang lebih bahagia dan lebih bahagia lagi. Maka yang paling
penting adalah kemauan saling memberi, dan saling menerima secara apa adanya. Kedua, manusia bisa mewujudkan cinta
sejati karena dimemiliki oleh dimensi rohani yang bersifat tak terbatas, yang melampaui
dimensi ruang dan waktu.
Di dalam keterangan leenhouwers dikatakan
cinta sejati harus dimulai dengan kesediaan untuk membuka diri terhadap orang
lain, atau dalam bahasa Leenhouwers cinta adalah keluar dari diri sendiri dan
menghadap pada orang lain. Cinta sejati mempunyai ciri dasar: membiarkan orang
lain hidup dan berkembang sesuai cita-citanya. Bukan cinta namanya jika kita
hanya berusaha agar orang lain menuruti keinginan ataupun kehendak kita semata.
Cinta senantiasa menuntut agar yang
di cintai itu di beri peluang untuk menentukan apa dan bagaimana harus
bertindak sesuai dengan tujuannya. Dengan kata lain, cinta sejati membuat orang
lain menemukan diri sebagai subjek yang punya nilai dan martabat yang khas.
DAFTAR
PUSTAKA
Raga
Maran, Rafael. 2000. Manusia Dan
Kebudayaan”Dalam Persepektif Ilmu Budaya Dasar”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://greenzonekampus.blogspot.com/2010/09/ketertarikan-intimacy-persahabatan-dan.html
Comments
Post a Comment