CONTOH URP KUALITATIF

MODEL PEMBELAJARAN PADA PESANTREN SALAFIYAH
AL IHSAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Usaha pendidikan itu dilakukan melalui kegiatan bimbingan, pelajaran dan pelatihan. Sebagai suatu proses bimbingan dan pelatihan, pendidikan ini tidak berlangsung di ruang hampa, melainkan mensyaratkan adanya suatu lingkungan pendidikan. Para ahli telah bersepakat bahwa terdapat tiga lingkungan pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sesungguhnya ketiganya adalah suatu trilogi lingkungan, satu kesatuan lingkungan yang tak dapat dipisahkan, saling melengkapi dan merupakan suatu sistem. Dalam konteks seperti ini maka keberhasilan proses pendidikan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilannya pada salah satu dari ketiga lingkungan tersebut, melainkan keberpaduan antara pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, dan pendidikan di sekolah.
Proses pendidikan Islam di dalam lingkungan masyarakat umumnya bersifat non-formal. Proses seperti ini umum terjadi melalui lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial yang tidak terlalu mengikat secara formal. Di Indonesia salah satu lembaga pendidikan non formal yang diakui keberadaannya dan dianggap berpengaruh adalah Pesantren.
Pesantren menurut Zubaedi adalah sebuah Asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiyai. (Zubaedi: 2007: 16). Menurutnya, setidaknya pesantren memiliki tiga karakteristik utama fungsi pesantren, (1) sebagai lembaga tradisionalisme, (2) sebagai lembaga pertahanan budaya; dan (3) sebagai lembaga pendidikan keagamaan; (Zubaedi; 2007: 16-17). Tradisinalisme dimaksudkan sebagai upaya mempertahankan suatu tradisi tertentu termasuk dalam cara atau model pembelajarannya yang unik mengikuti tradisi tertentu. Hal ini kemudian memunculkan model pesantren yang disebut sebagai “Pesantren Salafiyah” sebagai symbol bahwa pesantren tersebut mengikuti tradisi para ulama “salaf” (Zubaedi: 2007: 16)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada beberapa bulan terakhir, diperoleh kenyataan bahwa Pesantren salafiyah Al Ihsan Soreang Kabupaten Bandung memiliki keunggulan dalam hal hafalan kitab dan khususnya ayat-ayat alquran yang dikuasai oleh santri-santrinya. Fenomena tersebut membawa penulis untuk menelaah metoda pembelajarannya. Hasil studi pendahuluan diperoleh kenyataan menarik yaitu adanya model langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada laihan atau dril menghafal ayat-ayat Al Quran dan kitab-kitab tertentu seperti kitab pelajaran Bahasa Arab. Santri ditugaskan dan dibiasakan menghafal atau “menalar” ayat al Quran, dan pada saat tertentu diuji hasil hafalannya. Hasilnya tentu saja membuat pesantren ini memiliki keunggulan dalam hal hafalan tersebut, dan menjadi ciri khas pesantren Al Ihsan Soreang. Fenomena tersebut menarik untuk diteliti lebih jauh, dan memunculkan beberapa masalah mendasar diantaranya: Apa yang menjadi latar belakang adanya model metode pembelajaran seperti itu? Bagaimana strateginya? Apa landasan teori yang menjadi afiliasi ilmu atau pendekatan teorinya? Pendekatan kognitif apa yang mendasarinya? Bagaimana “syntax” langkah-langkah atau metode pembelajarannya; apa media dan alat bantu pembelajarannya; bagaimana hasil yang telah dicapai selama ini? Jika berhasil, apa saja faktor penunjangnya?
Atas dasar fenomena seperti di atas, dan atas dasar pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan dikembangkan, maka masalahnya akan diteliti dalam bentuk penelitian etnografi kualitatif deskriptif, dengan judul : "Model Pembelejaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Soreang Kabupaten Bandung".

B. Perumusan Masalah

Pokus penelitian ini adalah Model Pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Soreang Kabupaten Bandung. Masalah tersebut dirinci dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana latar alamiah Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?
2.      Bagaimana konsep model pembelajaran Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?
3.      Bagaimana pelaksanaan Model Pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?
4.       Apa faktor penunjang dan penghambat  pelaksanaan Model Pembelajaran di  Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?
5.      Bagaimana keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan model pembelajaran Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?

C. Tujuan  dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:
1.  Untuk mengetahui latar alamiah Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung;
2.      Untuk mengetahui konsep model pembelajaran  Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung;
3.    Untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung;
4.     Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat  pelaksanaan Model Pembelajaran di  Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung;
5.    Untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan model pembelajaran Pesantren Salafiyah Al Ihsan Kabupaten Bandung?
Sedangkan kegunaan penelitian yang diharapkan dengan penelitian adalah:
1. Dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan Islam.
2. Diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan model pendidikan pesantren khususnya dalam pengembangan model pembelajaran.
3. Secara spesifik diharapkan berguna sebagai inspirasi bagi pengembangan model pembelajaran di Pesantren Al Ihsan Kabupaten Bandung

D. Kerangka Pemikiran

Model adalah sesuatu yang dapat ditiru. Adapun pengertian model adalah pola, acuan atau contoh (Poerwadarminta, 1984 : 65), pengertian lain dikemukakan Nana Sudjana (1997:25), yang berpendapat bahwa model adalah suatu pola yang dijadikan acuan untuk pola berikutnya sehingga menghasilkan pola baru. Atas dasar seperti itu, maka penelitian ini mengambil jenis pola model, yang akan mengkaji suatu pola yang dapat dideskripsikan untuk dapat dijadikan suatu acuan dalam proses lembaga pendidikan lain untuk setting yang relatif sama seperti di pesantren salafiyah, atau untuk menghasilkan produk yang sama.
Model pembelajaran, atau model mengajar menurut Syaiful Sagala adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistimatik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala; 2006: 176).
Atas dasar pengertian seperti itu, unsur komponen yang terdapat pada model pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan metoda pembelajaran, namun meliputi seluruh unsur yang mendasari kerangka konsepnya. Dalam penelitian ini Model pembelajaran akan dikaji meliputi: strategi, pendekatan, model metode dan langkah-langkah syntax kegiatan pembelajaran, media, dan alat bantu pembelajaran.
Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007:8) penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan  yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi :
(1) Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman;
(2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks yang lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan
(3) Sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang dicari. ( Moleong: 2007:8)

Atas dasar asumsi seperti itu, penelitian dengan pendekatan kualitatif ini akan mengkaji masalahnya dilandasi dengan kajian mengenai latar alamiah mengenai keberadaan Pesantren Salafiyah Al Ihsan sebagai setting penelitian.
Pendidikan merupakan kegiatan internalisasi dan pewarisan nilai budaya dalam masyarakat. Dari sudut pendekatan kebudayaan, proses dan keberadaan pendidikan dapat diamati dari berbagai wujud ekspresi budaya dalam berbagai bentuknya. Dapat diamati dari nilai,  ide dan gagasannya; dari aktifitas yang dilakukannya;  dan dari wujud benda fisik sarana dan bekas-bekas yang pernah ditinggalkannya sebagai hasilnya. Seperti menurut Koentjaraningrat( 1990:180) bahwa wujud kebudayaan itu ada tiga, yaitu:
1.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola mantap dari manusia dalam masyarakat.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

            Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan teori kebudayaan sebagai landasan afiliasi ilmunya. Atas dasar itu, ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas  dijadikan dasar sistimatisasi rumusan masalah untuk menganalisis deskriptif model pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan. Kajian ini terkait dengan ide dan alasan dipilihnya suatu model pembelajaran dan konsepnya; aktifitas kegiatan pelaksanaannya, dan hasil produk yang dicapainya.

Dalam dictionary of education yang dikutip Udin S. Sa'ud, (2006 : 6) pendidikan merupakan : (a) proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Dengan demikian, pendidikan dapat dinyatakan sebagai suatu sistem dengan komponen yang saling mempengaruhi minimal sebagai berikut:
1.            Individu peserta didik yang memiliki potensi dan kemauan untuk berkembang dan dikembangkan semaksimal mungkin.
2.            Individu peserta didik yang mewakili unsur upaya sengaja, terencana, efektif, efisien, produktif dan kreatif.
3.            Hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dapat dinyatakan sebagai situasi pendidikan yang menjadi landasan tempat berpijak, tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan pendidikan..
4.            Struktur sosiokultural yang mewakili lingkungan di antara kenyataannya berupa norma yang bersumber dari alam, budaya atau religi
(Udin S Saud, 2006: 7).

Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam mencapai tujuan. Sedangkan faktor penghambat adalah segala hal yang dapat mempengaruhi, memperlambat terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam meraih tujuan. Faktor penunjang dan faktor penghambat dapat bersumber dari faktor intern maupun faktor ekstern.
Pengkajian terhadap faktor penunjang dan penghambat merupakan usaha untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dari sebuah sistem, sehingga dengan ditemukannya faktor-faktor itu dapat meningkatkan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada. Kajian mengenai faktor-faktor tersebut akan mempengruhi pada tingkat keberhasilan sebuah model, dengan demikian usaha meniru suatu model akan selalu diukur keberhasilannya dengan upaya meniru pula faktor-faktor penunjangnya, dan meminimalisir faktor-faktor yang menghambatnya.
Suatumodel akan ditiru dan diterapkan pada tempat dan lembaga lain yang memiliki suatu kesamaan jika dianggap berhasil. Keberhasilan sebuah model pembelajaran pada  suatu lembaga pendidikan akan ditiru jika dianggap berhasil. Untuk itu, kajian keberhasilan yang terukur mengenai penerapan suatu model merupakan hal penting untuk diungkapkan agar pengguna hasil penelitian dapat mengambil manfaat secara optimal.
Secara skematis Kerangka pemikiran tersebut digambarkan dalam gambar bagan seperti pada halaman berikut:

GAMBAR BAGAN  1:
KERANGKA PEMIKIRAN  
MODEL PEMBELAJARAN DI PESANTREN SALAFIYAH AL IHSAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG

E. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam langkah penelitian ini dijelaskan tahapan langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini yang meliputi: (1) jenis data, (2) sumber data,  (3) metoda dan teknik pengumpulan data, (4) langkah analisis data, dan (5) teknik pemeriksaan uji absah data. Secara rinci kelima tahapan tersebut diurai sebagai berikut:
1.      Menentukan Jenis Data
Jenis data pokok yang yang dikumpulkan adalah jenis data Kualitatif, yakni data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati yang berkaitan dengan latar alamiah dan model pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Soreang Kabupaten Bandung. Secara relative ada pula data kuantitatif terkait data subyek penelitian dan sarana sebagai data pelengkap.
2.      Menentukan Sumber Data
a. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian lapangan, dalam penelitian ini penulis menentukan tempat penelitian di di Pesantren Salafiyah Al Ihsan Soreang Kabupaten Bandung dengan alasan sebagai berikut : Pertama, Pesantren tersebut sudah lama berdiri sehingga banyak data yang akan diperoleh. Kedua, adanya masalah yang akan diteliti terkait dengan model pembelajaran yang dianggap unik dan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan islam, serta pihak pengurus mengizinkan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang yang dapat diamati atau diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dalam penelitian ini merupakan sumber data utama, dengan menggunakam teknik sampling, yaitu dengan cara mewawancarai kepada pihak pimpinan pesantren sebagai Key Informan, kemudian diikuti dengan snow Ball Process, yaitu sumber data berikutnya diperoleh dari key informan tersebut secara bergulir, dan baru dihentikan apabila terjadi pengulangan informasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan  data tambahan berupa dokumen, arsip, buku-buku referensi, dan sumber data lainnya yang dapat menunjang terhadap sumber data penelitian mengenai Pesantren Salafiyah Al Ishsan, khususnya mengenai model pembelajarannya.
3.      Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a. Menentukan metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yakni metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan masalah yang sedang terjadi atau berlangsung secara rinci apa adanya.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yaitu:
1). Teknik Observasi Parsitipasi
Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data-data tentang model pembelajaran di Pesantren Salafiyah Al Ihsan. Peneliti melakukan pengamatan dan terlibat ikut serta sebagai peserta pengamat selama beberapa bulan di lokasi.
2). Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan Key Informan, dalam hal ini pimpinan pesantren. Wawancara menggunakan model wawancara terbuka; untuk mengmpulkan data tentang masalah pokok yang diteliti, khusunya untuk verifikasi data dan mengenai hal-hal terkait alas an digunakan suatu model pembelajaran di Pesantren al Ihsan..
     3). Teknik Dokumentasi atau Teknik Menyalin
Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis mengenai Pesantren dan setting penelitian lainnya seperti data ustadz atau tenaga pengajar, santri serta dokumnen sejarah berdirinya. Melalui proses penelusuran dokumen, buku-buku referensi, data yang ada dijadikan bahan data pokok dan data tambahan untuk melengkapi.
4. Analisis Data
Analisis Data yang dilakukan yaitu analisis kualitatif. Adapun tahapan langkah analisis yang dilakukan yaitu:
a. Unitisasi: yaitu pemprosesan satuan. Dalam unitisasi ini, terdapat langkah-langkah yang dilakukan Yaitu :
1) Mereduksi data, maksudnya yaitu memilih data dari berbagai sumber yang relevan dengan data yang di inginkan.
2). Memberi Kode, Maksudnya memberi Kartu Indeks yang berisi satuan-satuan, kode-kode dapat berupa penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan, penandaan lokasi, dan penandaan cara pengumpulan data.
b. Kategorisasi data
Yaitu proses pengelompokan data yang telah terkumpul dalam kategorisasi ini. Ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu diantaranya:
1)  Mereduksi data, maksudnya memilih data yang sudah dimasukan kedalam satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak sama maka akan disusun kembali untuk membuat kategori baru.
2). Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap satuan yang mewakili entri pertama dari kategori.
3)   Menelaah Kembali seluruh Kategori
4) Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk ditelaah dan dianalisis.
 c. Penafsiran data
Penafsiran dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran logis dan empiris berdasarkan data yang terkumpul selama penelitian. Tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah deskripsi semata-mata dengan menggunakan teori “Wujud kebudayaan” dan teori mengenai “model pembelajaran” sebagai alat sistematisasi analisis. Dengan Tujuan penafsiran deskripsi semata-mata ini dimaksudkan data hanya dideskripsikan dengan sistimatisasi wujud kebudayaan dan komponen model pembelajaran.
5. Uji Keabsahan Data
      Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka data yang terdapat pada hasil penelitian ini perlu diuji keabsahannya. Untuk itu  maka perlu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang telah terkumpul dengan kriteria kepastian logika, dapat dipertanggungjawabkan, dengan proses kerteralihan dan ketergantungan secara relevan sesuai dengan keakuratan data yang diperoleh, serta menggunakan  teknik pemeriksaan kembali terhadap keabsahan data tersebut. Adapun langkah pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut sebagai berikut :
a.       Perpanjangan keikutsertaan, hal ini dilakukan untuk mendeteksi serta menghitung distorsi yang mungkin dapat mengotori data. Perpanjangan keikutsertaan yang dilakukan dengan tinggal di lokasi penelitian dan terlibat dalam berbagai kegiatan dengan waktu kurang lebih tiga bulan, yaitu sejak bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011.
b.      Ketekunan pengamatan, maksudnya untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari, diteliti, untuk memperdalam dan mengarahkan data supaya lebih terfokus. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai aktivitas dalam proses pembelajaran di Pesantren, mencatat serta merekam hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dengan maksud memperdalam dan lebih terfokus.
c.       Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini dilakukan  agar tidak terjadi dis informasi dalam melakukan penelitian ini..
d.      Pemeriksaan teman sejawat, dilakukan dengan cara didiskusikan kepada dosen pembimbing atau kepada teman mahasiswa yang sama sedang melakukan penelitian mengenai hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi hasil sementara penelitian.
e.   Analisis kasus negative:  dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh-contoh serta kasus-kasus yang tidak sesuai dengan dengan pola dan kecenderungan informasi yang terkumpul untuk digunakan sebagai bahan pembanding.
f.             Kecukupan referensi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyak terkait dengan setting dan fokus penelitian. Melengkapinya dengan cara menanyakan langsung kepada pihak pimpinan Pesantren, serta mencari informasi dari sumber lain, termasuk referensi dari sumber tertulis.
g.      Pengecekan anggota, dilakukan dengan cara memeriksa dan melaporkan data hasil penelitian kepada sumbernya (pihak pimpinan pesantren), guna menyamakan persepsi antara peneliti dengan pihak sumber yang diteliti.
h.      Uraian rinci, dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian secara rinci dan lebih cermat, dimaksudkan agar proses keteralihan informasi seperti yang terdapat di lokasi.
i.        Auditing untuk kriteria kebergantungan, proses auditing dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan apakah penelitian ini perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan sesuai dengan lengkap tidaknya data yang terkumpul.
j.         Auditing untuk kriteria kepastian, proses auditing dilakukan dengan cara memeriksakan data atau mengadakan klarifikasi data yang terkumpul kepada subjek penelitian, dalam hal ini kepada pimpinan Pesantren Al Ihsan Soreang. Bukti keabsahan data hasil dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan dengan surat persetujuan atau pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan sebenarnya dari Pimpinan Pesantren.
F. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan
            Untuk lebih memperdalam kajian mengenai pesantren ini telah dikaji beberapa pustaka yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:
1.      Buku “konsep dan Makna Pembelajaran, karangan Dr. Syaiful Sagala, M.Pd.; buku ini berisi tentang model-model pembelajaran dari berbagai sudut pandang seperti strategi, pendekatan dan metodologinya. Secara rinci Buku ini membahas berbagai metoda pembelajaran berikut kelebihan dan kelemahannya. Diterbitkan oleh Penerbit Alfabeta, Bandung tahun 2006.
2.      Skripsi Sarjana Kependidikan Islam atas nama Muhamad Rofi; tahun 2011; dengan judul “Pelaksanaan Kurikulum terpadu antara Pesantren dan Madrasah di Psantren Al Manar, Pameungpeuk Kabupaten Garut”. Isi pokoknya adalah mengenai pesantren modern dan pelaksanaan kurikulum terpadu berikut model-model pembelajarannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta, LP3ES: 1994


Echols, John. M. & Hassan Shadily. Kamus Inggries-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia. 1975.

Fathurrahman, Pupuh. Keunggulan Pendidikan Pesantren; Alternatif Sistem Pendidikan Terpadu Abad XXI. Bandung: Tunas Nusantara. 2000.


Guba, Egon G. Toward a Methodology of Naturalistic Inquiry in Educational Evaluation, Los Angeles: Center of The Study of Evalution, UCLA Graduate School of Education, University of California, L.A.  1978.


Joice, Bruce, dkk. Models of Teaching: Model-model Pengajaran, (Edisi bahasa Indonesia, Penerjemah: Achmad Fawaid dan AteillaMirza), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Koentjaraningrat.  Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1990.

Koentjaraningrat dan Donald K. Emmerson, (ed.). Aspek Manusia dalam Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia. 1985

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS. 1994.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1996.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1998.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik –Kualitatif. Bandung: Tarsito. 1988.

_________  Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.

Rahardjo, M. Dawam (Editor). Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). 1985.

Rudianto, Deden. Model Pendidikan Pondok Pesantren Daar At-Taubah (Skripsi; Penelitian di Pondok Pesantren Daar At-Taubah Kelurahan Kebonjeruk Kecamatan Andir Bandung).Bandung: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati. 2002.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung. Alfabeta: 2006

Steenbrink, Karl A. Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern ( diterjemahkan oleh: Karl A. Steenbrink dan Abdurrahman). Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial; LP3ES. 1994.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992.

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1988

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung, 2009.


Ziemek, Manfred. Pesantren dalam Perubahan Sosial.(Penerjemah: Butche B. Soendjojo). Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). 1986.

Zubaedi. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantre; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.



***URP IBU YAYU DARI PAK YAYA UIN Bandung

Comments

Popular posts from this blog

PROSES INOVASI PENDIDIKAN

B. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PESERTA DIDIK (Lanjutan)

HAKIKAT KOMUNIKASI