A. MANAJEMEN PEMBELAJARAN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN
Written By Nuriman
A. Manajemen Pembelajaran
1.      Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahsa Inggris, yaitu Management yang berasal dari kata tomanage, artinya mengurusi dan mengelola. Manajemen juga berasal dari bahasa Prancis kuno, yaitu management yang berarti seni melaksanakan dan mengatur ( Novan Ardi Wiyani, M. Najib dan Sholichin 2013: 223). Dalam pengertian lain disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan” berarti menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada (Rohman, 2012: 2).
Dalam bahasa arab manajemen diartikan sebagai ‘’ an-nizham’’ berarti susunan, tatanan, sistem, teratur. An-nizham berasal dari kata nazhama. Nazhamaasyaa’nazbaman berarti menata beberapa hal dan menggabungkan antara satu dengan yang lainnya. Nazhama amrabu berarti menyusun dan menertibkan sesuatu. An-nizham berarti tertib dan teratur (al Wajiz, 2004: 118-119). Dari pengertian diatas dapat difahami bahwa manajemen (bahasa arab,an-nizham; at-tazhim) adalah proses kegiatan menyusun, merapihkan, menertibkan serta mengatur yang dilakukan oleh seseorang individu  atau kelompok, sehingga mampu mensistematikan, menata, mengurutkan, menertibkan dan merapikan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Furqon Syarif Hidayatullah 2013 : 188).
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006: 5-6) manajemen merupakan proses pemberian bimbingan, pengendalian, pengelolaan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, yang merupakan proses kegairahan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 
Sayyid Mahmud Al-Hawariy dalam bukunya “ Al-Idarobah Al-Ushul wal Ushusbil Ilmiyah” sebagaimana dikutif oleh Novan Ardi Wiyani, M. Najib dan Sholichin (2013: 224) mengartikan manajemen sebagai suatu sikap seseorang maupun sekelompok orang untuk mengetahui kemana arah yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan apa yang harus dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal serta anggotanya dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.
Syafaruddin dan Irawan Nasution dalam Novan Ardi Wiyani, M. Najib dan Sholichin (2013 : 224) menegaskan bahwa manajemen adalah kekuatan utama dalam sebuah organisasi dalam mengkordinir berbagai kegiatan dan bagian-bagian (sub sistem) yang berhubungan dengan lingkungan organisasi.
MenurutD Millet dalam Sadili Syamsudin sebagaimana dikutif oleh Iis Nurlatifah (2012: 26) bahwa yang dimaksud dengan manajemen merupakan proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan-pekerjaan yang terorganisir dalam kelompok formaluntuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Ernest Dale dalam buku  “Manajemen Pendidikan Indonesia” yang ditulis Prof. Dr. Made Pirdata dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2012: 118) manajemen diartikan sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan dan mengorganisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan.
            Massie dalam Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2012: 118) menegaskan bahwa manajemen adalah menekankan pengaturan orang-orang yang tugasnya mengarahkan usaha kearah tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
American Society of Mechanical Engineers sebagaimana dikutih oleh Rahman (2012: 2) bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia.
Berikut ini pengertian manajemen menurut para ahli yang dikutif oleh Syaipul Sagala (2013: 49-52) adalah.
a.       Parker Follet  bahwa manajemen adalah “ The art of getting things done trough people ” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien.
b.      Frederick Winslow Taylor bahwa manajemen adalah mengetahui secara tepat apa yang anda ingin kerjakan dan anda melihat bahwa mereka mengerjakan dengan cara yang terbaik dan murah.
c.       Mary Parker Foullet seorang kontributor awal dari bidang psikologi dan sosiologi manajemen bahwa “ The art of getting things done through people ” Yaitu kiat atau seni dalam mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan sesuatu melalui bantuan orang lain.
d.      James A. F. Stoner bahwa “ Management is the process of planning, organizing, leading and controling the efforts of organizational members and the use of other organizational resources in orther to achieve stated organizational goals ”  Yaitu: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemberi pimpinan, dan pengendalian suatu usaha dari anggota organisasi yang penggunaan sumber-sumber daya organisatoris untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
e.       George R. Terry “ Management is distinct procces of planning, organizing, actuating, controlling, performed to determine and accomplish stated objective the use of human beings and other resources “ manajemen adalah suatu proses yang nyata mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan menyelesaikan sasaran yang telah ditetapkan dengan menggunakan orang dan sumber daya lainnya.
f.       Gibson, Ivancevich dan Donnely dalam menegaskan bahwa manajemen adalah suatu tindakan, kegiatan, atau tindakan dengan tujuan tertentu melaksanakan pekerjaan manajerial dengan tiga fungsi utama yaitu: perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian. Mengacu pada prinsip tersebut kegiatan manajemen ditegaskan melingkupi keefektipan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
g.      Daft dan Steers menegaskan bahwa manajemen adalah sebagai proses perencanan,pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
h.      Joseph L. Massie bahwa dilihat dari pandangan sosiolog, manajemen adalah suatu sistem klas dan status dalam kompleksitas hubungan masyarakat dalam kehidupan sosial. Sedangkan dilihat dari pandangan ekonomi, manajemen adalah salah satu faktor produksi bersama dengan tanah, tenaga kerja dan modal. Kemudian dilihat dari pandangan seorang ahli administrasi dan organisasi, manajemen adalah sistem otoritas(a system of authority) dengan melibatkan kebijaksanaan yang tegas dan konsisten serta prosedur-prosedur menyangkut kelompok-kelompok kerja.
i.        Buford dan Bedeian bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan material secara efisien.
j.        Longenecker dan Pringgle mendefinisikan manajemen sebagai proses pengadaan dan pengkombinasian sumberdaya manusia, finansial dan fisik untuk mencapai tujuan pokok organisasi.

Sedangkan menurut Mulyono dalam Nurlatifah (2012: 32) manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Secara lebih rinci Mulyono menjelaskan pengertian manajemen dilihat dari berbagai sudut pandang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisir dalam rangka mencapai tujuan.
b.      Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin.
c.       Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispliner dengan menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi dan lain-lain.
d.      Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum, dan sebagainya.
e.       Sebagai suatu fungsi, manajemen  adalah proses fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

Bertitik fokus pada pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu seni proses pengelolaan yang dilakukan oleh pimpinan (manajer) dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan nyata dengan memanfaatkan semua sumber daya yang terkait untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.
2.      Fungsi Manajemen
Menurut para pakar ilmu manajemen dalam Hikmat (2011:29), menjabarkan fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a.       Henry Fayol merinci lebih sistematis tentang fungsi-fungsi manajemen, yaitu: Planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), coordinating (pengkordinasian), commanding (pengarahan), dan controlling (pengawasan). Bertitik tolak dengan fungsi manajemen yang bersifat umum, yaitu: asas pembagian kerja, asas wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan pemerintah, kesatuan arah, asas kepentingan umum, pemberian janji yang wajar, pemusatan wewenang, rantai berkala.
b.      Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnell, fungsi manajemen, selain perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan, ada pula fungsi staffing, yaitu penyusunan staf dan directing, artinya pengarahan.
c.       Luther M. Gullich menambahkan fungsi manajemen dengan fungsi reporting, yaitu penyampaian laporan dan budgeting¸ penyusunan anggaran pembelajaan.
d.      Gerge R. Terry menambahkan dengan fungsi actuating, yaitu penggerakkan.
e.       Louis A. Allen menyatakan adanya fungsi leading, yaitu kepemimpinan.
f.       John R.Beisline mengutamakan hal yang sama pada Fayol, yaitu: planning; organizing; commanding; controlling.
g.      Prajudi Atmosudiro merinci fungsi manajemen sama dengan Louis A.Allen.
h.      Wilian H.Newman menambahkan dengan fungsi assembling resource, yaitu penyusunan pegawai atau personalia.
i.        Sondang P. Seagian dengan menambahkan dengan fungsi motivating, yaitu mendorong selurh pegawai untuk bekerja dengan sesuai arahan dan tujuan yang telah di tetapkan.
j.        Lyndal F. Urwick mengatakan adanya fungsi forecasting, yaitu mengadakan prediksi, memperkirakan berbagai kemungkinan yang akan terjadi (Hikmat, 2011:29).

Berdasarkan uraian di atas secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi dari manajemen itu minimal harus ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, untuk lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut:
1)      Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kegiatan atau program kegiatan. Suatu perencanaan selalu berkaitan dengan tujuan. Perencanaan membantu kita untuk mengetahui apa yang harus dilakuakan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan dalam definisi-definisi perencanaan menurut para ahli:
Kaufman mengatakan dalam Harjanto (2006: 2) bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.
Harold Koonts dan Cyrill O’Donnel dalam Terry (1995: 17)  menyebutkan, “planning is the function of manager which involves the selection fromalternativesof objectives, policies, procedures and program”. Artinya, perencanann adalah fungsi manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, program-program, dan alternatif-alternatif yang ada.
G.R. Terry  dalam bukunya principle of managemet (1995: 17) mendefinisikan perencanaan (planning) sebagai berikut, “planning is the selecting and relating of facts ndthe making of using of assumptions regarding the future in the visualization and formulations of proposed activies believed necessary to achieve desired results”. Artinya, perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai waktu yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Billi E. Goetz mengatakan bahwa “planning is fundamentally choosing and a planning problem arises only when an alternavaties courses of action is discovered”. Artinya, perencanaan merupakan pemilihan yang fundamental dan masalah perencanaan timbul jika terdapat alternatif-alternatif.
Louis A Alien menyebutkan “planning is the determination of the course of action to achieve a desired result”. Artinya perencanaan menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Sadili Samsudin, 2010:59).
Berikut ini pengertian perencanaan menurut para ahli yang dikutif oleh Abdul Majid (2012: 15-16)
a)      William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques Of Organization and Management, sebagimana dikutif oleh Abdul Majid (2012: 15) mengemukakan bahwa perencanaa adalah menentukan apa yang akan dilakukan.
b)      Terry menyatakanbahwa perencanaan adalahmenetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
c)      Banghart dan Trull mengemukakan bahwa perencanaan merupakan awal dari semua proses proses yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
d)     Nana Sujana mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
e)      Hal senada juga dikemukakan oleh Hadari Nawawi bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Berdasarkan uraian diatasdapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta serta merumuskan kegiatan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
2)      Pengorganisasian (Organizing)
Berikut ini pengertian pengorganisasian yang dipaparkan oleh para ahli dalam (Iis Nurlatifah 2012: 39-40).
a)      Menurut Hasibun S.P. Malayu
 pengorganisasian adalah penentuan pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan subsistem serta penentuan hubungan.
b)      George R Terry
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam halmelaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran.
c)      Koontz dan Donnel
Organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik secara vertikal maupun secara horizontal diantara posisi yang telah diserahi tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan perusahaan.
d)     Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudiro
Organisasi adalah struktur tata pembegian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan pengelompokan tugas serta pembagian kelompok yang dilakukan oleh seorang pimpinan kepada karyawannya yang bertujuan untuk membentuk sebuah wadah yang terorganisir serta memudahkan kinerja untuk mencapai tujuan secar efektif dan efisien.
3)      Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan  aspek-aspek proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi dalam satu tujuan.
Dalam hal ini George R Terri dalam bukunya Princliples of Management sebagaimana dikutifoleh Nurlatifah (2012: 43) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut.
Dari pengertian diatas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan (actuating) merupakan upaya untuk mewujudkan perencanaan menjadi kenyataan melalui bimbingan dan arahan pada setiap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi agar dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, fungsi, tugas dan taggung jawabnya.
4)      Pengawasan (Controling)
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemantauan, pengamatan, pembinaan, dan pengarahan yang dilakukan oleh seorang manajer tehadap semua elemen yang menjadi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya pada organisasi yang dipimpinnya.
Pengawasan adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi pemikiran rasional yang telah dipersyaratkan dan pola perilaku sesuai normatif yang berlaku dalam komunitas masyarakat tertentu, sehingga efektivitas dan efisiensi pelaksanaan suatu pekerjaan dalam suatu manajemen dapat tercapai (Makmur, 2009: 117-118).
Fungsi pengawasan (controlling) berhubungan erat dengan fungsi direkting atau commanding dalam mengendalikan penyelenggaraan organisasi sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan, sehingga dapat menjamin berlangsungnya pelaksanaan kegiatan (Hikmat 2011: 137).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah fungsi yang berhubungan dengan pemantauan, pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin.

3.      Pengertian Pembelajaran
Secara etimologis menurut  Zayadi dalam Heri gunawan (2012 : 108) kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahsa inggris, Intruction yang bermakna upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Secara terminologis menurut Corey sebagaimana dikutuf oleh Sagala dalam Heri gunawan (2012: 108) pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu.
Dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Gagne, Bringgs, dan Wagner dalam Udin S. Winataputra sebagaimana dikutif oleh yayah (2011: 20) bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
E. Mulyasa (2005 : 92) menegaskan bahwa Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Menurut Evelin dan Hartini (2010: 12) pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
Menurut Miarso dalam Evelin dan Hartini (2010: 12-13) menyatakan bahwa, pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Menurut Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2012: 141) Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan.
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 3) pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang kompleks dengan maksud memberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut James O. Whittaker dalam Anurrahman (2009: 35) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Ivan Illich dalam Rohman (2012: 3) pembelajaran adalah pengalaman yang berlangsung dalam segala lingkungan dalam sepanjang hidup.
The International Standart Clasification of Education UNESCO sebagaimana dikutif oleh Rohman dan Sofan (2012: 3)  bahwa pembelajaran adalah komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan belajar.
Menurut Wahyudi (2012: 121) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses sekaligus nilai, idealnya setiap subjek pendidikan harus mempunyai komitmen untuk terus memperbaiki diri melalui belajar.
Bertitik fokus pada pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi antara pendidik, peserta didik dan lingkungannya yang dilakukan secara sadar dan terorganisir agar dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
4.      Komponen dan Ciri-ciri Interaksi Pembelajaran
Terjadinya situasi dan proses pembelajaran dalam pendidikan tidak terlepas dari pada komponen-komponen pembelajaran dalam pendidikan yang merupakan ciri dari interaksi pendidikan itu sendiri. Menurut Al-Ghazali bahwa faktor dan komponen pembelajaran dalam pendidikan itu terdiri dari: Tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat pendidikan serta lingkungan pendidikan (Zaenudin dkk, dalam Yayah Rokayah (2011: 23).
Sedangkan menurut langeveld dalam Yayah Rokayah (2011: 23) dalam situasi pendidikan itu terdapat unsur-unsur terpadu:(1) tujuan pendidikan (2) pendidik (3) anak dididk (4) hubungan anak didik dan pendididk (5) materi pendididkan (6) penilaian (7) konteks sosio cuntural.
Sebagai suatu sistem tentu saja interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber, dan evaluasi. Lebih jelas mengenai hal ini ikutilah uraian berikut (Syaiful bahri, 2006: 41).
Berfokus pada beberapa pendapat mengenai Komponen-komponen/ciri-ciri yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran mempunyai kesamaaan. Adapun komponen-komponen pembelajaran yang akan diuraikan dibawah secara rinci adalah tujuan pembelajaran, pendidik, anak didik, bahan/materi pembelajaran, metode, alat dan penilaian/evaluasi pembelajaran yang mendukung tercapainya interaksi pendidikan. Hal ini akan dijelaskan dibawah ini secara rinci.
a.       Tujuan
Menurut Zakiah  Daradjat dalam Yayah (2011: 23) Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu kegiatan selesai.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sedangkan tujuan dalam pembelajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif yang mana nilai tersebut harus tertanam pada diri peserta didik (Syaiful Bahri, 2006:41-42).
Roestiyah, N.K dalam Syaiful (2006: 42-43) mengartikan bahwa tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku peserta didik yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang sudah diajarkan.
Kegiatan yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru dalam memprogramkan kegiatan pelajaran adalah pembuatan tujuan pembelajaran. Maka tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru (Syaiful Bahri, 2005: 17). Kemudian Syaiful Bahri melanjutkan penjelasannya tentang pentingnya tujuan dalam pembelajaran bahwa, dalam tujuan pembelajaran terhimpun sejumlah norma yang akan di tanamkan ke dalam diri setiap anak didik. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama kegiatan interaksi edukatif berlangsung. Oleh karena di dalam tujuan terpatri sejumlah norma, maka tujuan dimasukkan ke dalam salah satu komponen intraksi edukatif.
Bertitik fokus pada pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam interaksi edukatif dalam pembelajaran adalah suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan yakni secara umum untuk mendewasakan anak didik agar dapat mandiri, dapat menemukan pendiriannya secara utuh. Sedangkan tujuan interaksi secara spesifik sesuai dengan pembahasan ini adalah untuk mengembangkan atau meningkatkan prestasi khususnya dalam bidang Pendidikan yang dalam hal ini adalah melalui pembelajaran.
b.      Pendidik
Dalam melaksanakan pembelajaran, peranan pendidik sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dia yang menentukan arah pembelajaran tersebut. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di sekolah dan di masyarakat adalah guru sebagai pendidiknya, sementara di lingkungan keluarga yang menjadi pendidiknya adalah orangtua.
Guru sebagai pendidik merupakan unsur yang sangat penting dalam organisasi pendidikan, menurut Ruswandi (2010: 7) menyatakan bahwa posisi dan kedudukan guru sebagai pendidik dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu guru sebagai pribadi, guru dalam keluarga, guru sebagai pendidik disekolah dan guru sebagai hamba Allah.
Dalam pandangan Islam menurut Ahmad Tafsir (1991:74) bahwa pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Uraian di atas menujukkan bahwa pendidik mempunyai peranan dan pengaruh yang besar terhadap anak didiknya dalam menjalankan tugasnya yang dalam hal ini di ranah pembelajaran sebagai interaksi edukatif.
c.       Anak Didik
Anak didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Menurut ajaran Islam anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci, sedangkan orang sekitarnya akan memberikan corak dan warna terhadap nilai-nilai hidup atas pendidikan agama anak didik (Zuhairini, 1992:70).
Dengan demikian peranan anak didik dalam interaksi  pendidikan sangat penting, selain sebagai objek pendidikan juga sebagai subjek pendidikan, disana anak didik dituntut pengertian memiliki rasa tanggung jawabsebagai terdidik seperti kepatuhan, ketaatan, kesadaran dan membantu dalam terciptanya situasi pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah  Daradjat (1992: 48), bahwa pada situasi pendidikan dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan (pendidik) dan menyadari bahwa yang diajarkan adalah perlu baginya.
Berdasarkan UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 “Peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertetu”.
Uraian di atas menunjukan bahwa Peserta didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif, ia dijadikan pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan pengajaran”.
d.      Bahan/Materi Pendidikan
Bahan/materi pendidikan merupakan substansi yang akan dismapaikan dalam proses interaksi edukatif (Syaiful Bahri 2005: 17). Komponen ini merupakan alat penyambung komunikasi antara pendidik dan anak didik dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai sasaran dalam rangka edukatif harus disajikan materi yang cocok dengan kondisi terdidik, baik disesuaikan dengan tingkat perkembangan, kesiapan kemampuan fisik ataupun penguasaan bahasa, yang penting harus setarap dengan kesiapan anak baik fisik maupun mental.
Bahan/materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab didalam penyelenggaraan pendidikan, mencakup berbagaiaspek. Adapun materi yang harus dikembangkan itu adalah pendidikan jasmani, pendidikan kecakapan (intelektual), pendidikan ketuhanan pendidikan kesusilaan, pendidikan keindahan dan pendidikan kemasyarakatan (Ngalim Purwanto, 1985:187).
Bahan pelajaran menurut Suharsimi Arikunto dalam Syaiful Bahri (2006: 43) adalah merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Bertitik fokus pada pendapat para ahli diatas bahwa bahan/materi pendidikan merupakan substansi dari pada pembelajaran sebagai interaksi edukatif pendidik dan peserta didiknya.
e.       Metode dan Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai metode dan alat untuk membantu proses pelaksanaan pendidikan. Yang dimaksud dengan metode pendidikan menurut Syaiful Bahri (2005: 19) adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan alat pendidikan menurut Syaiful Bahri (2005: 19) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Ahmad D. Marimba dalam Syaiful Bahri (2006: 47) bahwa alat pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, pembantu untuk mempermudah pencapaian tujuan.
Adapun menurut Bernadib dalam Ramayulis dan Nizar (2010: 251) mengemukakan bahwa alat pendidikan ialah tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan, untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan pengertian metode. Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos.Meta berarti “melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”(Syafaat dan Sahrani, 2008:39).
 Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Jika dihubungkan dengan pendidikan Islam maka haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan Islam itu sendiri (Syafaat dan Sahrani, 2008: 214).
Sedangkan menurut terminologi (istilah) Abd. Al Rahman Ghunaimah dalam Syafaat dan Sahrani (2008: 214) mendefenisikan bahwa metode adalah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa alat dan metode dalam pendidikan adalah media dan cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
f.       Penilaian/Evaluasi
Menurut Roestiyah N.K dalam Syaiful Bahri (2006: 50) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Evaluasi yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Evaluation adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai (Gronlund, 1985, dalam Djaali dan Pudji M, 2008: 55).
Sudijono (1996) mengemukakan bahwa evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif sedang data kualitatif merupakan hasil dari pengukuran (Djaali dan Pudji M, 2008: 34).
Evaluasi menurut Suharsimi A. (2004: 32) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Berbeda dengan pendapat tersebut Wand dan Brown dalam Syaiful Bahri (2006: 50) menegaskan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Menurut Wayan dan Sumartana dalam Syaiful Bahri (2006: 50) bahwa evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan, yang dalam hal ini pembelajaran.
Berfokus pada pendapat para pakar di atas secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
5.      Hakikat Manajemen Pembelajaran
            Sesuai dengan perkembangan kebutuhan manuia, pemahaman tentang manajemen seolah menjadi kekuatan yang utama dalam sebuah kegiatan organisasi sebagai suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi secara efektif dan efisien termasuk halnya perkembangan kebutuhan manusia dalam ranah pendidikan yaitu pada manajemen pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran tersebut manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola oleh guru selama terjadinya proses interaksinya dengan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran (Rohman dan Sofan, 2012: 250-251).
Sedangkan dalam arti luas manajemen pembelajaran berisi proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan si pelajar dengan kegiatan yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan penilaian (Rohman dan Sofan, 2012: 250).
Manajemen pembelajaran menurut Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2012: 119) dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
            Dengan demikian dapat diartikan bahwa manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

6.      Tujuan Manajemen Pembelajaran
Setiap aktifitas yang akan dilakukan tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, sama halnya dengan manajemen pembelajaran mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini Rohman dan Sofan memaparkan (2012:251) tentang tujuan manajemen pembelajaran secara garis besar sebagai berikut.
a.       Untuk mengelola perancangan (disain) pembelajaran.
b.      Untuk mengelola implementasi kurikulum pembelajaran.
c.       Untuk mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum/pembelajaran.
d.      Untuk mengelola perumusan penetapan kriteria dan pelaksanaan kurikulum kelas/kelulusan dalam pembelajaran.
e.       Untuk mengelola pengembangan bahan ajar, media dan sumber belajar.
f.       Untuk mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler.
g.      Untuk mengelola penerapan uji coba atau merintis pembelajaran yang dicenangkan pemerintah pusat.
7.      Prinsip-Prinsip Manajemen Pembelajaran
Menurut Rohman dan Sofan (2012: 251) menegaskan bahwa prinsip-prinsip manajemen pembelajaran adalah sebagi berikut:
a.       Produktivitas
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen pembelajaran. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum pembelajaran harus menjadi sasaran dalam manajemen pembelajaran.
b.      Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen pembelajaran harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum dan pembelajaran.
c.       Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum/pembelajaran perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
d.      Efektifitas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen pembelajaran harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e.       Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurkulum pembelajaran
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum pembelajaran, untuk memberikan hasil pembelajaran yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen dalam kegiatan pembelajaran.
8.      Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Praktek manajemen menunjukan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen seperti planning, organizing, actuating, dan controlling secara langsung atau tidak langsung selalu bersangkutan dengan unsur manusia, planning dalam manajemen adalah ciptaan manusia, organizing mengatur unsur manusia, actuating adalah proses mengerakkan manusia-manusia anggota organisasi, sedang controlling diadakan agar pelaksanaan manjemen (manusia-manusia) selau dapat meningkatkan hasilnya (Widayanti,1998:7).
Dari fakta di atas dapatlah dibenarkan bahwa pendapat yang menyatakan sukses atau tidaknya suatu organisasi untuk bagian yang besar tegantung kepada orang-orang yang menjadi anggotanya. Betapa pun sempurnanya rencana-rencana, organisasi dan pengawasan penelitiannya, bila orang-orang tidak mau mengerjkan pekerjaan yang diwajibkan atau bila mereka tidak dapat menjalankan tugas yang diwajibkan kepadanya tidak akan diperoleh hasil yang sesuai atau optimal (Muhammad Rohman dan Sofan Amri, 2012: 120-121).
Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa pelaksanaan manjemen pembelajaran merupakan usaha atau mendaya gunakanguru-guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah nyata seperti planning, organizing, actuating, sera  controllinguntuk diterapkan demi mendapatkan hasil yang optimal.
9.      Pengembangan Manajemen Pembelajaran
Apa yang harus dikerjakan manajer pembelajaran dalam kaitannya dengan pengembangan manajemen pembelajaran? Sebuah pertanyaan yang tidak bisa dibahas secara ringkas, singkat dan cepat. Sedikitnya diperlukan lima langkah besar dalam rangka pemenuhan target kegiatan tersebut, antara lain:
a.       manajemen atmosfir pembelajaran;
b.      manajemen tugas ajar;
c.       manajemen tugas ajar dalam domain kognitif dan afektif;
d.      manajemen pengajian bahan pembelajaran;
e.       manajemen lingkungan pembelajaran. (Suherman, 2001:35-57)
Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut anatara lain:
a.       penciptaan lingkungan belajar;
b.      mengajar dan melatihkan harapan kepada siswa;
c.       meningkatkan aktivitas belajar;
d.      meningkatkan disiplin siswa. (Suherman, 2001: 54)

Selain itu dalam penyusunan materi diperlukan pula rancangan tugas ajar dalam wilayah psikomotrik, rancangan tugas ajar dalam wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar dalam wilayah afektif.

Comments

Popular posts from this blog

PROSES INOVASI PENDIDIKAN

B. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PESERTA DIDIK (Lanjutan)

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM